Apa Maksud Perkara Mukmin Itu Menakjubkan? – Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr #NasehatUlama
Maka dari itu, penulis rahimahullah mencantumkan hadits yang agung ini, yang mana Nabi ‘alaihis shalatu wassalam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin! … Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan.” “Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan,” yakni di setiap gerak-gerik orang mukmin adalah dari kebaikan menuju kebaikan lain. Bahkan dalam musibah yang menimpanya, begitu juga dengan bencana, rasa sakit, penyakit, kehilangan orang tercinta, dan lain sebagainya. Semua itu baik bagi seorang mukmin.
Oleh sebab itu, hendaklah seorang mukmin memahami hadits ini dengan baik. Jika ia tertimpa musibah, maka hendaklah ia memahami bahwa itu baik untuknya. Itu baik untuk seorang mukmin, karena ia sedang dalam ibadah kepada Allah, atau dalam ujian yang mengandung nilai ibadah. Maka hendaklah ia berusaha menyempurnakan ibadah itu, sehingga ia dapat meraih pahala dan balasannya. Beliau bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin! Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan ….” Kemudian beliau ‘alaihis shalatu wassalam menjelaskan faktor penyebab mengapa seluruh perkara orang mukmin adalah kebaikan. Beliau melanjutkan sabdanya,
“… Jika ia mendapat kesenangan, ia akan bersyukur, sehingga itu baik baginya ….” Jika ia mendapat sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan, kenikmatan, dan hal-hal lain yang mengundang kebahagian dan kesenangan dalam hatinya, maka ia akan menyikapinya dengan bersyukur kepada Allah sang pemberi nikmat, dan ia mengetahui bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan karunia berada di tangan Allah, Dia mengaruniakannya kepada yang Dia kehendaki.
Dan Allah pemilik karunia yang agung. “… Dan jika ia tertimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, sehingga itu juga baik baginya.” Yaitu, ia akan menyikapinya dengan sabar, sehingga ia dapat meraih pahala yang disiapkan bagi orang-orang sabar. Beliau melanjutkan, “… dan itu tidak dapat terjadi, kecuali pada orang mukmin.” Selain orang mukmin akan menyikapi kenikmatan yang didapat dengan kesombongan dan keangkuhan, dan menyikapi musibah dengan ketidakrelaan dan keluh kesah. Berbeda halnya dengan orang mukmin, seorang mukmin, dalam kebahagiaan ia bersyukur kepada Allah sang pemberi kenikmatan, dan dalam kesusahannya ia bersabar, sehingga ia beruntung dalam kedua keadaan itu. Pada keadaan pertama, ia beruntung dengan meraih pahala yang disiapkan bagi orang-orang yang bersyukur. Dan di keadaan kedua, ia beruntung dengan meraih pahala yang disiapkan bagi orang-orang sabar.
===============================================================================
وَلِهَذَا أَوْرَدَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى هَذَا الْحَدِيثَ الْعَظِيمَ
الَّذِي قَالَ فِيهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ
إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ
إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ يَعْنِي فِي جَمِيْعِ تَقَلُّبَاتِ الْمُؤْمِنِ هُوَ مِنْ خَيْرٍ إِلَى خَيْرٍ
حَتَّى الْمَصَائِبِ الَّتِي تُصِيبُهُ
وَالْفَوَاجِعِ وَالْآلَامِ وَالْأَمْرَاضِ وَفَقْدِ الْحَبِيْبِ وَإِلَى آخِرِهِ
هَذِهِ كُلُّهَا خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ
وَلِهَذَا يَنْبَغِي عَلَى الْمُؤْمِنِ أَنْ يَعِيَ جَيِّدًا هَذَا الْحَدِيثَ
فَإِذَا أَصَابَتْهُ مُصِيْبَةٌ عَلَيْهِ أَنْ يَفْهَمَ أَنَّ هَذَا خَيْرٌ
خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ لِأَنَّهُ فِي عُبُودِيَّةٍ لِلهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَوْ فِي ابْتِلَاءٍ لَهُ عُبُودِيَّتُهُ
فَيَعْمَلُ عَلَى تَحْقِيقِ تِلْكَ الْعُبُودِيَّةِ لِيَفُوزَ بِثَوَابِهَا وَأَجْرِهَا
قَالَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ
وَبَيَّنَ ذَلِكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَوْ بَيَّنَ وَجْهَ ذَلِكَ أَنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ
قَالَ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
إِذَا أَصَابَهُ أَمْرٌ سَارٌّ مُفْرِحٌ نِعْمَةٌ
أَشْيَاءُ أَدْخَلَتْ عَلَى قَلْبِهِ سُرُورًا فَرَحًا
فَإِنَّه يَتَلَقَّاهَا بِشُكْرِ الْمُنْعِمِ
وَيَعْلَمُ أَنَّهُ لَا حَوْلَ لَهُ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
يَعْنِي يَتَلَقَّاهَا بِالصَّبْرِ فَيَفُوزُ بِثَوَابِ الصَّابِرِيْنَ
قَالَ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ
غَيْرِ الْمُؤْمِنِ النِّعَمُ يَتَلَقَّاهَا بِالْبَطَرِ وَالْأَشَرِّ
وَالْمَصَائِبُ يَتَلَقَّاهَا بِالسَّخَطِ وَالْجَزَعِ
أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَأَمْرُهُ آخَرُ
فِي سَرَّائِهِ شَاكِرٌ لِلْمُنْعِمِ وَفِي ضَرَّائِهِ صَابِرٌ
فَهُوَ فِي الْحَالَتَيْنِ فَائِزٌ
فِي الْأُولَى فَائِزٌ فِيهَا بِثَوَابِ الشَّاكِرِيْنَ
وَالثَّانِيَةِ فَائِزٌ فِيهَا بِثَوَابِ الصَّابِرِيْنَ